Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Sahabat dunia islam, Karena angkuh dan sombong Iblis terusir dari surga dan terlaknat hingga Hari Kiamat, bahkan selamanya. Karena angkuh dan sombong, Firaun ditenggelamkan dalam lautan dan jasadnya dipermalukan sebagai ibrah manusia sejagat. Karena angkuh dan sombong, Qarun dibenamkan ke perut bumi berikut harta dan kekayaannya.
Senasib dengan makhluk terkutuk lainnya, kaum ‘Aad, kaum Luth, Tsamud, dan lain sebagainya. Semuanya diazab dengan pedih karena kesombongan dan keangkuhan mereka; memandang rendah para rasul yang diutus kepada mereka. Lebih dari itu, mereka pun menolak kebenaran yang disampaikan para rasul.
Untuk sebuah seruan, kepada siapa pun, janji dan peringatan Allah ini maha benar-Nya. Akibat angkuh dan sombong pasti akan sakit dan menyakitkan, hina dan menghinakan, habis dan menghabiskan. Berdalih dan berargumentasi untuk sebuah pembenaran yang dipaksakan adalah hal yang sama pasti akan merusakkan dirinya.
Ia sombong dengan kecerdasannya yang sebenarnya juga terbatas lagi semu. Ia berani mengutak-atik ayat-ayat-Nya dengan dalih multitafsir; ia tak merasa malu dan bersalah melawan seruan ulama. Mengkritisi dengan kata-kata yang tak pantas, membabi dan membuta siapa pun lawan politiknya.
Saudaraku, sebagai manusia kita adalah makhluk yang lemah. Karenanya tak selayaknya untuk merasa dirinya paling menguasai ilmu, paling pintar dan menyombongkan diri di hadapan Penguasa langit dan bumi.
Ironisnya, imbas kepentingan dunia bernama pilkada justru menunjukkan banyak manusia yang lupa hakikat dan jati dirinya, sehingga membuat dia sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna dalam segala hal.
Rasulullah SAW telah menjelaskan tentang Bahaya Sifat Sombong Dan Angkuh, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi, beliau bersabda, “Tidak masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada sedikit kesombongan, kemudian seseorang berkata, “Sesungguhnya seseorang itu senang pakaiannya bagus dan sandalnya bagus.” Beliau bersabda,”Sesunguhnya Allah itu Indah dan Dia menyenangi keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. ” (HR Muslim).
Imam An-Nawawi turut berkomentar tentang hadis ini, “Hadis ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka dan menolak kebenaran. ” (Syarah Shahih Muslim 2/269).
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “ Orang yang sombong adalah orang yang memandang dirinya sempurna segala-galanya, dia memandang orang lain rendah, meremehkannya dan menganggap orang lain itu tidak pantas mengerjakan suatu urusan. Dia juga sombong menerima kebenaran dari orang lain. ” (Jami’ul Ulum Wal Hikam, 2/275).
Raghib Al-Asfahani berkata, “ Sombong adalah keadaan/kondisi seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabb-nya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya. ” (Umdatul Qari`, 22/140).
Camkan Allah SWT berfirman untuk kita, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (angkuh).” (QS Luqman: 18).
Ibnu Abbas menjelaskan makna firman Allah “( Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia) , dia berkata, “Janganlah kamu sombong dan merendahkan manusia, hingga kamu memalingkan wajahmu ketika mereka berbicara kepadamu. ” (Tafsir At-Thobari 21/74). Ingat nasihat Nabi SAW, “ Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan. ” (HR Muslim).
Akibat angkuh sungguh sangat berbahaya. Lawan dari sifat ini adalah tawadhu. Maka sepantasnya, seorang Muslim menjauhkan diri dari sifat sombong dan menumbuhkan sifat tawadhu. Semoga Allah SWT mengisi dan memenuhi hati kita dengan sifat tawadhu. Mudah menerima kebenaran, dan tidak meremehkan orang lain. Aamiin.
Sumber : Republika